Diberi nama Irene, terlahir sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara. Nama yang diharapkan agar dibaca I => Ai dan Rene=> Rin menjadi Airin, namun nyatanya hanya dipanggil Iren saja.
Hingga akhirnya 20 tahun berlalu dan harapan untuk dipanggil Airin pun pupus menjadi harapan belaka. Sampai ketika kaki ini menapak di dunia kampus dimana tidak ada yang pernah kenal gue sebelumnya, gue mengalami dilema saat memperkenalkan diri gue ke temen-temen baru...
Karena dampak 20 tahun dipanggil dengan nama "IREN" dan bukan "AIRIN" ngga sesimpel yang lo semua kira.
Pertama, Gue jadi agak kagok kalo harus ngomong nama gue Airin.
Kedua, gue jadi ngga nengok kalo ada yang manggil gue Airin.
Ketiga, gue sendiri bingung dengan hasil karya nyokap-bokap yang mau ngerubah tulisan irene menjadi => Airin, kreatif gila mereka!
Tapi entah nama gue Irene kek, Iren kek, Airin kek, gue selalu bersyukur (setidaknya sekarang gue mulai bersyukur) karena gue dibiarkan Tuhan YME untuk lahir di sebuah keluarga luar biasa yang akan selalu gue banggakan. Keluarga Wijaya, yang meskipun secara sedih gue ungkap disini, gue ngga menyandang nama Wijaya di akte gue karena... kesalah-paham, atau ngga denger atau gimana lah dari pihak petugas Akte, nyebelin!!!
But, Darah Itu Mengalir Dalam Diri, Meskipun Semua Dunia Berteriak Dia Tidak...